Pada zaman sekarang ini,
banyak orang yang menginginkan bentuk tubuh yang langsing dan indah. Banyak orang
yang mengingkan tubuhnya itu selalu langsing dan indah. Mereka menggunakan
berbagai cara untuk mendapat kan tubuh yang langsing dan indah, misalnya dengan
diet, olahraga, sampai mengkonsumsi obat-obat pelangsing tubuh. Menurunkan berat
badan memang, sah-sah saja apalagi untuk orang yang bertubuh gemuk. Tapi bagaimana
kalau orang yang sudah kurus atau sangat kurus mau menurunkan berat badan nya?
Wah itu baru namanya aneh, udah kurus kok mau lebih kurus lagi? Tentu itu yang
ada dalam benak pikiran kita... Orang
yang sudah kurus tapi masih saja pengen lebih kurus lagi, itu adalah indikasi
bahwa seseorang mengidap gangguan makan..
Apa itu Gangguan Makan?
Gangguan makan muncul karena kepedulian berlebihan terhadap pengendalian berat badan dan citra tubuh (body image). Gambaran klinis mengenai gangguan makan dapat ditelusuri dalam beberapa tahun terakhir, gangguan ini tercantum dalam DSM pertama kalinya tahun 1980 sebagai sub kategori gangguan yang bermula pada masa kanak-kanak atau remaja. Dengan diterbitkannya DSM IV, gangguan makan yang utama ada dua yaitu: Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa (Davison, Neale, & Kring, 2010).
Gangguan makan muncul karena kepedulian berlebihan terhadap pengendalian berat badan dan citra tubuh (body image). Gambaran klinis mengenai gangguan makan dapat ditelusuri dalam beberapa tahun terakhir, gangguan ini tercantum dalam DSM pertama kalinya tahun 1980 sebagai sub kategori gangguan yang bermula pada masa kanak-kanak atau remaja. Dengan diterbitkannya DSM IV, gangguan makan yang utama ada dua yaitu: Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa (Davison, Neale, & Kring, 2010).
Istilah anoreksia
berarti hilangnya selera makan, dan nervosa mengindikasikan bahwa hilangnya
selera makan tersebut memiliki sebab emosional (Davison, Neale, & Kring,
2010). Istilah itu sendiri tidak tepat, karena sebagian penderita anoreksia
nervosa secara aktual tidak kehilangan selera makan, namun melaparkan diri
mereka sendiri (Davison, Neale, & Kring, 2010). Menurut Papalia, Olds dan
Feldman (2009) adalah gangguan makan yang ditandai dengan melaparkan dirinya
sendiri. Penderita anoreksia nervosa memiliki citra tubuh (body image)
yang terganggu, mereka merasa bahwa tubuhnya itu gemuk padahal tubuh mereka
sudah kurus atau sangat kurus.
Sedangkan Bulimia Nervosa adalah gangguan makan dimana penderita makan secara teratur dalam jumlah banyak, lalu kemudian mengeluarkannya lagi dari dalam tubuh dengan memuntahkannya, mengkonsumsi obat pencahar, puasa atau olahraga berlebihan (Papalia, Olds dan Feldman, 2009).
Sedangkan Bulimia Nervosa adalah gangguan makan dimana penderita makan secara teratur dalam jumlah banyak, lalu kemudian mengeluarkannya lagi dari dalam tubuh dengan memuntahkannya, mengkonsumsi obat pencahar, puasa atau olahraga berlebihan (Papalia, Olds dan Feldman, 2009).
DESAIN SISTEM PAKAR GANGGUAN MAKAN
Dalam mengembangkan sistem pakar ada
lima tahapan yang harus dilakukan menurut Sri Kusumadewi (dalam Juliana, 2009),
yaitu : Tahapan Identifikasi, Tahapan Konseptualisasi, Tahapan Formalisasi, Tahapan Implementasi dan Tahapan Pengujian.
1. Tahapan Identifikasi
2. Tahapan Konseptualisasi
4. Tahapan Implementasi
Tahapan implementasi merupakan tahap yang sangat penting karena disinilah sistem pakar yang dibuat akan diterapkan dalam bentuk program komputer.
5. Tahapan Pengujian
Tahapan pengujian merupakan tahap dimana sistem akan dipakai dan diuji keakuratannya serta kinerja sistemnya, sehingga didapat hasil yang efisien.
Tahapan
identifikasi merupakan tahapan untuk menganalisa permasalahan yang ada dengan
menentukan batasan masalah yang akan dianalisa, sistem pakar yang terlibat,
sumber daya yang diperlukan dan tujuan yang akan dicapai.
Bagan tahap identifikasi desain sistem pakar gangguan makan
2. Tahapan Konseptualisasi
Tahapan konseptualisasi merupakan
tahapan dimana pengetahuan dan pakar menentukan konsep yang kemudian
dikembangkan menjadi suatu sistem pakar. Dari konsep tersebut unsur yang
terlibat akan dirinci dan dikaji hubungan antara unsur serta mekanisme
pengendalian yang diperlukan untuk mencapai sebuah solusi yang terbaik.
Bagan tahap konseptualisasi desain sistem pakar gangguan makan
3.
Tahapan
Formalisasi
Tahapan formalisasi merupakan tahapan
dimana hubungan antara unsur digambarkan dalam bentuk format yang biasa
digunakan dalam sistem pakar. Tahap ini juga menentukan alat pembangunan
sistem, teknik inferensi dan struktur data yang digunakan pada sistem pakar.
Bagan tahap formalisasi desain sistem pakar gangguan makan
4. Tahapan Implementasi
Tahapan implementasi merupakan tahap yang sangat penting karena disinilah sistem pakar yang dibuat akan diterapkan dalam bentuk program komputer.
Tahap implementasi sistem pakar desain gangguan makan
5. Tahapan Pengujian
Tahapan pengujian merupakan tahap dimana sistem akan dipakai dan diuji keakuratannya serta kinerja sistemnya, sehingga didapat hasil yang efisien.
Tahap pengujian desain sistem pakar gangguan makan
Sumber Referensi:
Juliana.(2009).http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/computer-science/2009/Artikel_10105912.pdf
Davison, Neale, &
Kring. (2010). Psikologi abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo
Pesada
Papalia, Olds &
Feldman. (2009). Human development: Perkembangan manusia.
Jakarta: Salemba Humanika
http://repository.usu.ac.id/bitstream/.../1/09E00910.pdf/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar